Kamis, Mei 24, 2012
Selasa, Mei 22, 2012
SEJARAH HANDBALL/BOLA TANGAN DI INDONESIA
SEJARAH HANDBALL/BOLA TANGAN DI INDONESIA
Olahraga
bolatangan merupakan salah satu olahraga yang sampai saat ini dapat ditelusuri
kebenaran sejarahnya dan telah berusia sangat tua. Sebuah fakta yang meyakinkan
telah menunjukkan bahwa seorang laki-laki akan senantiasa lebih mahir
menggunakan tangan dari pada kakinya. Sebagaimana telah diklaim oleh sejarawan
olahraga terkenal, bahwa ia memainkan bolatangan jauh lebih awal dari pada
sepakbola.
Permainan
bolatangan yang dimainkan pada masa Yunani kuno merupakan sebuah isyarat
terciptanya olahraga bolatangan modern. Dimana
bentuk permainan dan peraturannya masih sangat berbeda. Permainan “urania” yang dimainkan oleh orang-orang Yunani kuno dan Harpaston yang dimainkan oleh
orang-orang Romawi. Sebagaimana dalam
“Fangballspiel” atau permainan
“tangkap bola” yang diperkenalkan dalam sebuah lagu oleh seorang penulis puisi
Jerman bernama Walther Von der Vogelwiede, dimana semua keterangan tersebut
merupakan tanda-tanda pasti yang biasa
digambarkan sebagai bentuk kuno dari permainan bolatangan.
Permainan bolatangan pertama kali diperkenalkan pada
tahun 1890 oleh seorang tokoh gymnastic
dari Jerman bernama Konrad Koch. Akan tetapi permainan bolatangan ini tidak
dapat langsung populer pada saat itu karena berbagai alasan. Setelah perang
dunia ke-1 selesai, dua orang Jerman yang lain bernama Hirschman dan Dr
Schelenz, berusaha mempopulerkan kembali permainan bolatangan. Kemudian
permainan bolatangan mulai berkembang di Eropa dan menjadi suatu cabang yang
secara teratur dimainkan di sekolah lanjutan, klub dan perguruan tinggi.
Bolatangan yang sudah dikenal saat ini ada tiga macam
yaitu bolatangan dengan 11 pemain, yang dimainkan di lapangan seukuran lapangan
sepak bola, bolatangan pantai dengan 4 pemain, bolatangan dengan 7 pemain yang
dimainkan di dalam ruangan atau disebut juga bolatangan indoor.
Di Indonesia permainan bolatangan telah dilakukan sejak jaman penjajahan
Belanda, tetapi sayang sampai sekarang tidak banyak diketahui oleh masyarakat.
Hal ini ternyata dengan tidak adanya
organisasi bolatangan, perkumpulan bolatangan begitu pula
pertandingannya. Tetapi permulaan bolatangan telah dimasukkan dalam acara
pertandingan PON ke-II Jakarta tahun 1951 yang diikuti teman–teman dari
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur saja. Jadi permainan bolatangan
di Indonesia banyak dikenal oleh pelajar–pelajar sekolah lanjutan sebagai salah
satu pelajaran olahraga serta di kalangan angkatan bersenjata.
Permainan bolatangan Indoor
(dengan 7 pemain) berkembang pesat dan bertambah populer, karena pola permainannya sangat
menarik. Permainan berlangsung dengan tempo yang cepat, dinamis disertai taktik
dan teknik yang spektakuler dari para pemain dan juga bolanya diakhiri dengan
gerakan menembak yang dilakukan dengan cepat, keras dan tepat. Bolatangan memperlihatkan keterampilan gerak yang tinggi
gabungan dari lari, lompat dan melempar bola. Seorang pemain bolatangan harus
memiliki kemampuan tinggi dalam koordinasi, kelincahan, kecepatan dan daya
tahan serta kekuatan.
Permainan bolatangan pantai merupakan bolatangan yang
baru tetapi dimainkan di pasir pantai, jumlah pemain ada 4 ditambah sejumlah
pemain cadangan. Pola permainan bolatangan pantai tidak jauh beda dengan
bolatangan indoor, bolatangan pantai
memiliki besar lapangan, cara pergantian, dan mencetak angka yang berbeda
dengan bolatangan indoor. Dalam
permainan yang bolatangan indoor
setiap mencetak angka nilai pointnya 1 tapi bolatangan pantai ada yang disebut
spektakuler gol yaitu mencetak point dengan berputar 360o dengan
nilai 2 point. Selain dari spektakuler gol, kiper juga bernilai 2 apabila bisa
mencetak angka tanpa berputar dan juga dari titik penalti.
Pada tahun 2008 Indonesia mulai mengembangkan
cabang bolatangan. Indonesia yang terpilih menjadi tuan rumah Kejuaraan
Olahraga Pantai se-Asia (ABG- Asian Beach Games), karena yang dipertandingkan semua olahraga pantai maka
saat itu Indonesia memiliki pemain berawal dari bolatangan pantai. Bolatangan
memulai latihan pertama kali di FIK-UNJ (Fakultas Ilmu Keolahragaan-Universitas
Negeri Jakarta) dengan materi pemain masih dalam wilayah Jakarta. Seiring
waktu, Bapak Mustafa selaku pelatih yang
ditunjuk untuk menangani timnas bolatangan Indonesia mengadakan seleksi pemain ke daerah seluruh Indonesia untuk menjadi
bagian tim Indonesia dalam rangka kagiatan kejuaraan pantai
se-Asia itu.
Berakhirnya Asian Beach Games 2008, atlet yang
mengikuti Asian Beach Games mulai mengembangkan
bolatangan, baik yang pantai maupun yang indoor.
Dengan mengadakan perkenalan ke sekolah-sekolah karena bolatangan ada dalam
kurikulum pendidikan. Selain itu juga bolatangan mulai dipertandingkan antar
sekolah dan universitas, tetapi dengan peserta yang belum banyak, masih dalam
kawasan pulau jawa. Kemudian berkembang dengan adanya Kejuaraan Mahasiswa
Bolatangan Indoor yang
diselenggarakan di Universitas Negeri Jakarta pada tahun 2009. Dan klub
bolatangan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Jakarta ikut bertanding
dalam kejuaraan tersebut.
Seiring dengan berjalannya waktu, olahraga bolatangan pun
semakin dikenal dikalangan pelajar dan mahasiswa. Oleh karena itu banyaklah
terlaksana kejuaraan-kejuaraan Nasional antar pelajar dan kejuaraan-kejuaraan
Nasional antar perguruan tinggi setiap tahunnya. Bukan hanya itu, dengan
semakin dikenalnya olahraga bolatangan, akhirnya provinsi Jawa Barat pun setiap
tahunnya mengadakan kejuaraan se-Jawa Barat atau yang dikenal dengan nama
“KEJURBAR”.
Pada tahun 2010 kembali Indonesia mengikuti kejuaraan
Olahraga pantai se-Asia (ABG- Asian Beach Games) yang ke-2, kejuaraan Olahraga
pantai se-Asia ini diselenggarakan di MUSCAT-OMAN. Berakhirnya Asian Beach
Games ke-2 ini membuat bolatangan semakin dikenal oleh kalangan pelajar dan mahasiswa,
apa lagi dengan diadakannya kejuaraan Nasional Bolatangan indoor tingkat pelajar dan mahasiswa ke-3 yang diadakan oleh
Universitas Negeri Jakarta Fakultas Ilmu Keolahragaan pada bulan Juli 2011.
Dengan adanya
kejuaraan-kejuaraan Nasional ini
diharapkan mampu menyaingi cabang olahraga yang populer lainnya seperti futsal,
basket, voli dan kedepannya tim bolatangan Indonesia bisa bersaing dengan
negara-negara lainnya, tidak hanya di ASEAN tapi juga belahan dunia
lainnya.
Senin, Mei 21, 2012
Peraturan Permainan Bolatangan Indoor/Lapangan
Peraturan
Permainan Bolatangan Indoor/Lapangan
Peraturan 1
Lapangan
Permainan
1.1.
Lapangan
permainan (lihat diagram 1) berbentuk empat persegi panjang, dengan panjang 40
meter, dan lebar 20 meter, terdiri dari 2 gawang (lihat 1: 4 dan 6) dan area
bermain. Batas garis yang lebih panjang disebut garis samping lapangan dan yang
lebih pendek disebut garis gawang (diantara tiang gawang) atau garis gawang
luar (sisi luar tiang gawang).
Terdapat pula zona aman yang mengelilingi lapangan
permainan, dengan lebar sekitar 1 meter sejajar dengan garis samping dan 2
meter di belakang garis gawang.
Karakteristik dari lapangan
permainan tidak boleh diganti selama permainan berlangsung kecuali jika salah
satu tim mendapatkan keuntungan dari hal tersebut.
1.2.
Gawang
(lihat diagram 2a dan 2b) adalah tempat yang berada ditengah masing-masing dari
luar garis gawang. Gawang-gawang harus benar-benar berhimpitan dengan lantai
atau ke dinding di belakang gawang. Gawang memiliki tinggi 2 meter dan lebar 3
meter
Tiang gawang terhubung dengan
sebuah tiang mendatar. Tiang gawang harus sejajar dengan garis gawang. Gawang
harus di cat bergaris-garis dengan 2 warna yang berbeda yang juga berbeda
dengan warna dasar lapangan.
Gawang harus mempunyai jaring
sehingga bola yang masuk ke gawang akan berada tetap di gawang.
1.3.
Garis
gawang harus memiliki lebar 8 meter (lihat diagram 2a), sebaliknya semua garis
lain harus memiliki lebar 5 cm.
1.4.
Didepan
sebuah gawang terdapat area gawang (lihat diagram 6). Area gawang didefinisikan
dengan garis area gawang (garis 6 meter), yang digambarkan sebagai berikut :
a). sebuah
garis dengan panjang 3 meter didepan gawang; garis ini sejajar dengan garis
gawang dan berjarak 6 m dari garis gawang (diukur dari belakang tepi garis
gawang ke depan tepi garis area gawang).
b). 1
setengah lingkaran, masing-masing dengan radius 6 meter. (diukur dari belakang
sudut sebelah dalam tiang gawang), menghubungkan garis 3 meter dengan garis
luar gawang (lihat diagram 1 dan 2a).
1.5.
Garis
lemparan bebas (garis 9 meter) adalah garis putus-putus, dibuat 3 meter di
bagian luar area garis gawang. Kedua garis memiliki lebar 15cm
1.6.
Garis
7 meter adalah garis dengan panjang 1 meter tepat didepan gawang. Garis 7 meter
sejajar dengan garis gawang dan 7 meter jauhnya dari garis gawang (diukur dari
belakang tepi garis belakang ke depan tepi garis 7 meter) ; (lihat diagram 1).
1.7.
Garis
perintah penjaga gawang (garis 4 meter) memiliki panjang 15 cm berada tepat di
depan gawang. Garis perintah penjaga gawang sejajar dengan garis gawang (diukur
dari belakang tepi garis gawang ke tepi depan garis 4 meter) ; (lihat diagram
1).
1.8.
Garis
tengah menghubungkan titik tengan 2 garis samping (lihat diagram 1 dan 3)
1.9.
Garis
pergantian pemain (bagian dari garis samping) untuk masing-masing team memiliki
panjang 4.5 meter dari garis tengah. Bagian ujung dari garis pergantian pemain
ditandai dengan sebuah garis yang sejajar dengan garis tengah yang memiliki
panjang 15 cm masuk ke area lapangan dan 15 cm ke luar area lapangan. (lihat
diagram 1 dan 3).
Catatan : detail yang lebih teknis dapat di
temukan di Garis Pedoman untuk Lapangan Permainan dan Gawang, dihalaman 85.
Meja untuk pencatat waktu dan pencatat skor serta
kursi untuk pemain cadangan harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga pencatat
waktu dan skor bisa melihat garis area pergantian pemain. Meja tersebut harus
ditempatkan lebih dekat ke garis samping daripada kursi pemain cadangan, paling tidak 50 cm
diluar garis samping.
Peraturan 2
Waktu bermain.
Bel Akhir dan
Time-out.
Waktu bermain
2.1
Waktu
permainan untuk semua team dengan pemain umur 16 atau lebih adalah 2 babak masing
masing selama 30 menit dengan istirahat
10 menit.
Waktu permainan untuk team remaja (12-16 Tahun) adalah 2 x 25 menit, dan 2 x 20 menit untuk
umur 8-12 tahun. Untuk keduanya waktu istirahat antara babak adalah 10 menit.
2.2
Penambahan
waktu (Overtime), dimainkan jika permainan seri di akhir waktu permainan normal
dan pemenang harus ditentukan. Penambahan waktu dilanjutkan setelah istirahat 5
menit dari waktu permaianan normal berakhir. Waktu overtime terdiri dari 2 kali
selama 5 menit, dengan istirahat 1 menit antara babak tambahan.
Jika permainan masih berakhir
seri, pemenang akan ditentukan berdasarkan ketentuan dengan aturan dari
kompetisi tersebut. Dalam hal ini, keputusan diambil dengan menggunakan
lemparan 7 meter untuk menentukan pemenang, prosedur di bawah ini berlaku sebagai
berikut.
Jika lemparan 7 meter
digunakan sebagai penentu hasil akhir suatu pertandingan, pemain yang melakukan
pelanggaran, di diskualifikasi atau dikeluarkan sampai akhir waktu normal permainan
diijinkan untuk berpartisipasi. Tiap team mencalonkan 5 pemain. Pemain tersebut
melempar 1 kali tiap giliran, bergantian dengan team lawan. Team tidak
diharuskan untuk menentukan urutan pemain yang akan melempar sebelumnya. Goal
keeper bisa dipilih bebas dan diganti dengan pemain yang pantas untuk
berpartisipasi. Pemain dapat berpartisipasi di lemparan 7 meter baik sebagai
pelempar atau goal keeper.
Catatan:
Wasit menentukan gawang mana yang dipakai. Wasit
melakukan lempar koin dan team pemenang memilih apakah mereka pelempar pertama
atau terakhir. Untuk lanjutannya, tiap team memilih 5 pemain. Semua atau
sebagian dari mereka mungkin sama dironde pertama. Metode pemilihan dari 5
pemain ini berlangsung selama diperlukan. Bagaimanapun juga pemenang ditentukan
apabila ada perbedaan goal setelah kedua team melakukan lemparan yang sama.
Pemain mungkin di diskualifikasi dari
partisipasinya dalam lemparan 7 meter. Dalam sikap tidak sportif yang
berulang-ulang (16.13). jika pemain tersebut adalah pemain yang terpilih di
dalam group 5 pelempar, maka team harus memlih pelempar pengganti.
Bel Akhir
2.3 Waktu permainan dimulai dengan peluit wasit untuk lemparan awal. Dan
diakhiri dengan bel akhir dari pencatat waktu. Jika tak ada tanda-tanda yang
muncul, maka peluit wasit dapat untuk menandakan waktu permainan habis. (17:9).
Jika timer otomatis dengan bel
akhir tidak tersedia, pencatat waktu dapat menggunakan stopwatch dan mengakhiri
permainan dengan bel akhir (18:2. paragraph ke 2).
2.4 Pelanggaran dan sikap tidak
sportif yang meninggalkan lapangan secara serempak (untuk setengah waktu /
akhir permainan, juga saat waktu habis) akan dihukum, juga akhir lemparan bebas
(dibawah peraturan 13:1) atau lemparan 7 meter tidak dapat dilakukan sampai bel
akhir.
Secara sederhana, lemparan
harus dilakukan, jika bel akhir (untuk setengah waktu / akhir permainan, juga
saat perpanjangan waktu) berbunyi tepat ketika lemparan bebas dan lemparan 7
meter sedang dilakukan atau ketika bola sudah di udara.
Dalam kedua kasus, wasit
mengakhiri permainan hanya setelah lemparan bebas/ lemparan 7 meter sudah
dilakukan dan dengan segera menjadi hasil yang tidak bisa diganggu gugat.
2.5 Untuk lemparan bebas yang diambil dibawah
peraturan 2:4, batasan spesial digunakan berkenaan dengan posisi pemain dan
pergantian pemain. Sebagai pengecualian pergantian normal diperaturan 4:4,
satu-satunya pergantian pemain diterima untuk satu pemain bagi team yang
melempar. Pelanggaran akan dihukum dibawah peraturan 4:5 paragraf 1. Kemudian,
semua pasangan team pelempar harus di posisi setidaknya 3 meter jauhnya dari
pelempar dan diluar garis lemparan bebas lawan (13:7, 15:6; lihat juga
klarifikasi no.1)
Posisi dari juara bertahan
dinyatakan dalam peraturan 13:8.
2.6 Pemain-pemain dan team juri tetap
pada hukuman perorangan untuk pelanggaran / sikap tidak sportif yang
meninggalkan tempat selama pelaksanaan lemparan bebas / lemparan 7 meter yang
dibuat dalam peraturan 2:4-5. pelanggaran selama pelaksanaan seperti tidak
dapat lemparan, sebagaimana, petunjuk lemparan bebas terhadap lawan.
2:7 Jika
wasit menentukan bahwa pencatat waktu telah memberi tanda pertandingan berakhir
(untuk separuh babak peraminan atau akhir permainan, juga waktu tambahan) terlalu
cepat, mereka harus tetap menjaga para pemain untuk tetap dalam lapangan dan
memainkan sisa waktu. Tim yang sedang menguasai bola sebelum waktunya tiba,
akan tetap menguasai bola ketika permainan dilanjutkan. Jika bola keluar dari
permainan, maka permainan akan diulang dari awal dengan situasi lemparan yang
dapat disamakan. Jika bola sedang dimainkan, maka permainan diulang dari awal
dengan lemparan bebas yang sesuai dengan peraturan 13:4a-b. Jika separuh babak
pertama dalam permainan (atau dalam masa waktu tambahan) berakhir terlalu
lambat, dalam separuh babak kedua harus lebih
singkat juga. Jika separuh babak kedua dalam permainan (atau dalam masa waktu
tambahan) berakhir terlalu lambat juga, maka wasit tidak dapat membuat
perubahan.
Time Out
2:8 Time Out diwajibkan ketika:
a) 2 menit pemberian hukuman, diskualifikasi
atau diberikan izin pengeluaran.
b) Time Out tim yang sudah ditentukan.
c) Tanda peluit oleh pencatat waktu atau oleh
delegasi teknis pertandingan.
d) Perundingan antara para wasit yang
diperlukan dalam keadaan yang sesuai dengan peraturan
Pada keadaan normal, Time Out
yang diberikan dalam beberapa keadaan tergantung keadaan sekitar (lihat
klarifikasi No. 2).
Pelanggaran
selama Time Out memiliki akibat yang sama sebagai pelanggaran selama waktu
permainan (16:13, paragraf pertama).
2:9 Pada dasarnya, wasit yang menentukan
permainan berhenti atau dimulai dalam hubungannya dengan permaslahan Time Out.
Terhentinya waktu dalam permainan ditandakan oleh bunyi tiupan peluit pendek
dan isyarat tangan no. 16
Apapun, alasan yang mewajibkan adanya Time Out
dalam permainan akan terhenti oleh bunyi peluit dari pencatat waktu atau
perwakilannya 2:8b-c), pencatat waktu wajib memberhentikan waktu pemain dengan
segera, tanpa menunggu penegasan dari wasit.
Peluit harus selalu ditiup untuk menandakan
permainan dimulai kembali setelah Time Out (15:5b).
Catatan :
Tanda peluit dari pencatat
waktu/perwakilan dengan pasti memberhentikan permainan. Sekalipun jika wasit
(dan para pemain) tidak dengan segera menyadari permainan sudah diberhentikan,
berbagai gerakan dalam lapangan tidak berlaku setelah tanda peluit dibunyikan.
Ini menandakan jika nilai gol tercatat setelah tanda peluit berbunyi, maka akan
ditolak. Demikian pula keputusan untuk pemberian penghargaan lemparan dalam
tim(lemparan 7 meter, lemparan bebas, lemparan masuk, lemparan keluar atau lemparan
kiper) juga ditolak. Permainan akan dimulai kembali dengan cara yang dapat
disesuaikan dalam situasi yang ada ketika pencatat waktu/perwakilannya
meniupkan peluit. (untuk mengingatkan apabila saatnya tim istirahat atau
penggantian kesalahan).
Bagaimanapun, hukuman yang
diberikan oleh wasit bagi setiap pemain setelah tanda peluit yang tercatat dan
pada saat wasit memberhentikan sisa permainan adalah sah. Ini berlaku tanpa
menghiraukan secara khusus sebuah pelanggaran dan tanpa menghiraukan hukuman
bagi pelanggaran tersebut.
2:10 Setiap tim memiliki hak untuk mendapat satu Time Out dalam setiap
separuh babak pertama dalam waktu permainan yang
biasanya., tapi tidak dalam tambahan waktu (Klarifikasi No. 3).
Peraturan 3
Bola
3:1 Bola terbuat dari bahan kulit atau sintetis. Ini harus berupa
bola. Permukaannya tidak boleh berkilau atau licin (17:3).
3:2 Ukuran bola, yaitu keliling dan berat,
dapat digolongkan menjadi beberapa kategori yang berbeda dalam tim, mengikuti:
·
58-60
cm dan 425-475 gr (ukuran IHF 3) untuk pria dewasa dan remaja putra (diatas
umur 16 tahun);
·
54-56
cm dan 325-375 gr (ukuran IHF 2) untuk wanita dewasa dan remaja putri (diatas
umur 14 tahun), dam remaja putra (umur 12 sampai 16 tahun);
·
50-52
cm dan 290-330 gr (ukuran IHF 1) untuk anak putri (umur 8 sampai 14 tahun) dan
anak putra (umur 8 sampai 12 tahun).
Catatan :
Syarat-syarat teknis untuk bola yang
digunakan oleh seluruh permain di internasinal secara resmi, di gambarkan dalam
peraturan bola IHF.
Ukuran dan berat bola yang biasa digunakan
untuk permainan bola tangan-mini tidak sesuai dengan aturan dalam peraturan
permainan yang normal.
3:3 Untuk setiap permainan, setidaknya
tersedia 2 buah bola. Cadangan bola pun harus tersedia dengan segera dalam meja
pencatat waktu selama permainan berlangsung. Bola harus sesuai dengan
persyaratan permainan 3:1-2.
3:4 Wasit menentukan
kapan bola cadangan akan dipakai. Dalam keadaan sebenarnya, para wasit dapat
mengganti bola cadangan dalam permainan secara cepat dalam peraturan untuk
meminimalisir terjadinya gangguan dan menghindari Time Out.
Peraturan 4
Tim, Pergantian Pemain, Perlengkapan
Tim
4:1 Tim terdiri dari 14 orang lebih.
Tidak lebih dari 7 pemain dapat masuk dalam lapangan dalam waktu yang
sama. Dan sisanya adalah pemain cadangan.
Selama waktu permainan juga,
dalam tim harus terdapat satu pemain yang ditunjuk sebagai penjaga gawang dalam
lapangan. Pemain yang diakui sebagai
penjaga gawang dapat bermain dalam lapangan setiap saat. Demikian pula bagi
setiap pemain di lapangan dapat menjadi penjaga gawang setiap saat (lihat,
begitu juga, 4:4 dan 4:7).
Tim setidaknya harus memiliki 5 pemain dalam lapangan pada saat awal
permainan dimulai.
Jumlah pemain dalm tim dapat bertambah lebih dari 14 orang, dalam
setiap waktu selama permainan, termasuk pertambahan waktu.
Permainan dapat dilanjutkan
meskipun tim mengurangi kurang lebih 5 pemain dari lapangan. Ini adalah tugas
wasit untuk menilai apakah dan kapan permainan ditunda secara tetap (17:12).
4:2 Tim diperbolehkan untuk menggunakan
maksimum 4 tim ofisial selama permainan
berlangsung. Tim ofisial tersebut tidak dapat diganti selama jalannya
permainan. Satu dari mereka harus ditunjuk sebagai penaggung jawab tim ofisial,
hanya ofisial tersebut yang diperbolehkan untuk memilih pencatat waktu, pencatat angka dan bisa juga
untuk memilih wasit (lihat, begitu juga, klarifikasi no. 3 : Time Out tim).
4.3 Tim ofisial biasanya tidak diizinkan untuk memasuki lapangan selama
permainan. Dalam peraturannya, apabila melakukan pelanggaran dalam
permainan akan mendapat hukuman karena
dianggap tidak sportif (lihat 8:4, 16:1c, 16:3d dan 16:6a). Permainan kembali
dimainkan dengan lemparan bebas yang dilakukan oleh lawan. (13:1a-b; lihat,
begitu juga, klarifikasi No. 9).
‘Penanggung jawab tim ofisial’ harus dapat menjamin apabila ketika
pertama kali permainan dimulai, tidak ada orang lain (maksimum 4) tercatat
sebagai tim ofisial dan pemain yang diberi nama untuk diikutsertakan (lihat
4:3) pada saat itu dalam tarea penggantian. ‘Penaggung jawab tim ofisial’ akan
mendapatkan hukuman yang berat apabila melanggar peraturan ini. (16:1c, 16:3d,
dan 16:6a).
4:3 Pemain dan tim
ofisial akan diberi nama untuk diikutsertakan jika dia hadir dalam
permainan awal pada permainan dan masuk kedalam kertas nilai.
Para pemain dan tim ofisial yang tiba setelah permainan dimulai, harus
mendapat nama mereka untuk
diikutsertakan dari pencatat waktu/pencatat angka dan harus dimasukkan kedalam
kertas nilai.
Pemain yang sudah diberi nama untuk diikutsertakan, pada dasarnya,
memasuki lapangan sesudah tim nya membentuk garis penggantian dalam setiap
waktu. (lihat, begitu juga, 4:4 dan 4:5).
‘Penanggung jawab tim ofisial;
dapat memastikan bahwa hanya para pemain yang diberi nama saja yang
diikutsertakan dalam lapangan. Hukuman pelanggaran apabila terjadi
ketidaksportifan akan diberikan oleh ‘penanggung jawab tim’.
Pemain pengganti
4:4 penggantian
pemain di lapangan dapat dilakukan berkali-kali setiap saat (lihat, begitu
juga, peraturan 2:5), tanpa memberitahukan kepada pencatat waktu/pencatat
angka, selama para pemain yang menggantikan suadah meninggalkan lapangan (4:5).
Para pemain yang dilibatkan dalam penggantian dapat selalu meninggalkan
dan memasuki lapangan di sekeliling garis penggantian tim nya (4:5).
Syarat-syarat ini juga berlaku untuk pemain pengganti dan penjaga gawang (lihat
juga 4:7 dan 14:10).
Peraturan penggantian juga berlaku selama Time Out (kecuali selama tim
beristirahat).
Catatan :
Tujuan dalam konsep ‘penanggung jawab tim’
adalah untuk memastikan keadilan dan pengawalan dalam penggantian pemain. Ini
tidak ditujukan untuk menyebabkan hukuman dalam situasi berbeda, dimana pemain
melewati sekeliling garis samping atau sebelah luar gawang dalam cara yang
tidak berbahaya dan tanpa maksud untuk memperoleh keuntungan (seperti : mengambil
minum atau handuk di bangku yang hanya melebihi garis penggantian, atau
meninggalkan lapangan dalam cara yang sportif ketika mendapatkan skors dan
melintasi garis samping dari bangku namun hanya 15 dari sebelah luar garis).
Bersiasat dan menggunakan cara yang tidak sah di area garis luar dari lapangan,
akan berurusan dalam aturan 7:10.
4:5 Kesalahan penggantian akan mendapat
hukuman pengskorsan selama 2 menit untuk pemain yang salah tersebut. Jika lebih
dari satu pemain dari tim yang sama melakukan kesalahan dalam penggantian
pemain dalam keadaan yang sama, hanya pemain pertama yang menjalankan
pelanggaran akan yang dihukum.
Permainan dimulai dengan lemparan bebas dari lawan (13:1a-b; lihat,
begitu juga, klarifikasi no. 9).
4:6 Jika pemain tambahan memasuki lapangan
tanpa penggantian, atau jika pemain secara tidak sah campur tangan dalam
permainan di area penggantian, akan dikenakan skors selama 2 menit untuk
pemainnya. Sehingga Tim tersebut harus mengurangi dari satu pemain di lapangan
untuk 2 menit berikutnya (secara nyata pemain tambahan yang masuk harus
meninggalkan lapangan ).
Apabila pemain memasuki
lapangan ketika masa pengskorsan, dia akan diberikan tambahan skors selama 2 menit. Skors ini akan
diberikan dengan segera, sehingga tim
tersebut harus mengurangi lebih lanjut dalam lapangan selama bersamaan waktu
antara pengskrosan pertama dan kedua.
Permainan akan dimulai lagi
dengan lemparan bebas bagi lawan (13:1a-b; lihat; begitu juga; klarifikasi no.
9).
Peralatan
4:7 Seluruh para pemain lapangan dalam sebuah
tim harus menggunakan seragam yang sama. Gabunagn anatara warna dan
desain untuk kedua tim harus dapat dibedakan dengan jelas satu sama lain. Semua
pemain yang berperan sebagai penjaga gawang dalam tim harus menggunakan warna
yang sama, warna yang dapat dibedakan dari pemain lapangan dari kedua tim dan
penjaga gawang dari tim lawan.
4:8 Para pemain harus memakai nomor,
setidaknya sebesar 20 cm dibagian belakang pakaian dan setidaknya 10 cm
dibagian depan. Nomor yang digunakan sebaiknya dimulai dari 1 sampai 20. Pemain
yang menjadi pengganti posisi antara pemain lapangan dan penjaga gawang harus
menggunakan nomor yang sama di kedua posisi.
Warna dari nomor harus berbeda jelas dengan warna dan desain dari
pakaiannya.
4:9 Para pemain harus menggunakan sepatu olah
raga.
Tidak diizinkan untuk memakai
benda-benda yang dapat membahayakan bagi para pemain. Termasuk, contohnya,
pelinding kepala, masker wajah, gelang, jan tangan, cincin, tindikan, kalung
atau rantai, anting, kacamata tanpa pelindung dan bingkai yang kuat, atau
benda-benda lainnya yang dapat membahayakan (17:3). Cincin datar, anting kecil
dan tindikan mungkin masih diperbolehkan, selama itu dibalut dan selam itu
tidak membahayakan para pemain lainnya. Ikat kepala juga diperbolehkan, selama
itu dibuat dari bahan yang lembut dan elastis.
Pemain yang tidak mematuhi
persyaratan ini tidak akan diizinkan untuk mengambil bagian sampai mereka
memperbaiki masalah tersebut.
4:10 Pemain yang mengalami pendarahan atau
terluka dan berdarah pada badannya atau seragamnya harus meninggalkan lapangan
dengan segera (dengan
penggantian yang normal),
selayaknya pendarahan sudah berhenti dengan pasti, luka sudah ditutupi, dan
badan dan seragam sudah dibersihkan. Pemain tidak boleh kembali ke dalam
lapangan sampai semua itu selesai.
Pemain yang tidak mengikuti
instruksi dari wasit dalam hubungannya dengan ketentuan ini dianggap melakukan
hal yang tidak sportif.
4:11 Wasit
dibolehkan memberikan izin bagi yang mengalami luka (diantara sinyal tangan no.
16 dan 17) untuk dua orang yang diberi nama untuk diikutsertakan (lihat 4:3)
untuk masuk kedalam lapangan selama Time Out, untuk diberi pertolongan oleh tim
mereka.
Catatan :
Jika orang pengganti memasuki lapangan
setelah dua orang masuk ke lapangan, dapat diberikan hukuman karena dianggap tidak
sah, dalam hal ini pemain berada di bawah aturan 4:2, 16:1c, 16:3d dan 16:6a.
Pemain yang telah diberikan izin untuk memasuki lapangan, tetapi malah membantu
pemain yang terluka, memberikan instruksi kepada pemain, mendekati lawan dan
wasit atau lainnya, akan dianggap bersalah karena dianggap tidak sportif
(16:1c, 16:3c-d dan 16:6a).
Peraturan
5
Penjaga Gawang
Penjaga gawang diperbolehkan untuk :
5:1 Menyentuh bola dengan seluruh bagian dari
badan selama melakukan tindakan pertahanan di dalam area gawang.
5:2 Memindahkan bola di dalam area gawang,
tanpa menjadikan batasan yang berlaku kepada pemain lapangan (7:2-4, 7:7);
penjaga gawang tidak diperbolehkan, bagaimanapun, untuk menunda melakukan
lemparan (6:4-5, 12:2 dan 15:5-b);
5:3 Meninggalkan area gawang tanpa bola
dan diikutsertakan dalam permainan di area main; ketika itu terjadi; penjaga
gawang harus patuh pada peraturan yang berlaku untuk para pemain di area
bermain.
5:4 Meninggalkan area gawang dengan bola
dan bermain lagi di dalam area bermain jika dia tidak perlu mengatur pengawasan
tersebut.
Penjaga
gawang tidak diperbolehkan untuk :
5:5 Membahayakan lawan ketika melakukan pertahanan.
5:6 Meninggalkan area gawang dengan bola; ini
mengacu kepada lemparan bebas (menurut
6:1, 13:1a dan 15:7, paragraf ke-3), jika wasit telah meniupkan peluit untuk
melaksanakan lemparan kiper; sebaliknya bila lemparan kiper dilakukan
berkali-kali (15:7, paragraf ke-2); begitu juga maksud keuntungan dalam 15:7,
jika penjaga gawang telah kehilangan bola diluar area gawang setelah melewati
garis dengan bola ditangannya
5:7 Menyentuh bola ketika bergerak atau berputar pada lantai diluar area gawang,
ketika dia berada didalam area gawang. (6:1, 13:1a);
5:8 Mengambil bola kedalam area gawang ketika
bergerak dan berputar di lantai diluar area gawang (6:1, 13:1a);
5:9 Memasuki area gawang dari area bermain
dengan bola (6:1, 13:1a);
5:10 Menyentuh bola dengan kaki atau kaki
dibawah lutut, ketika bola sedang diam atau bergerak di area gawang atau
bergerak keluar kearah area bermain (13:1a);
5:11 Melintasi garis pertahanan penjaga gawang
(sepanjang 4 meter) atau penyorotan dari salah satu pihak, sebelum bola jatuh
ketangan lawan yang melakukan lemparan sejauh 7 meter (14:9).
Catatan
:
Selama penjaga gawang menjaga satu kaki dilantai
atau dibelakang garis pertahanan ( sepanjang 4 meter), dia diizinkan untuk
bergerak ke lantai lainnya atau ke setiap bagian dari tubuhnya diluar garis di
udara.
Peraturan
6
Wilayah Gawang
6.1
Hanya
seorang kiper saja yang diijinkan berada dalam wilayah gawang (lihat, 6 : 3).
Seorang pemain dilapangan dianggap telah memasuki wilayah gawang jika bagian
dari tubuh pemain menyentuh wilayah gawang.
6.2
Ketika
seorang pemain memasuki wilayah gawang, keputusan yang diambil harus seperti
dibawah ini :
a) lemparan kiper dilakukan ketika seorang
pemain dari tim yang menyerang memasuki
wilayah gawang dan menguasai bola atau memasuki tanpa bola tetapi mendapatkan
keuntungan dengan masuk ke wilayah gawang.
( 12.1 ).
b) lemparan bebas ketika seorang pemain
dilapangan dari tim yang bertahan memasuki wilayah gawang dan mendapatkan
sebuah keuntungan, tapi tanpa merusak kesempatan untuk mencetak skor ( 13.1b );
Lihat secara jelas di nomor 5.1
c) Lemparan 7-meter ketika seorang pemain
dari tim yang bertahan memasuki wilayah gawang dan situasi ini merusak
kesempatan untuk mencetak gol. (14.1a).
6.3
Memasuki
wilayah gawang tidak dihukum ketika
:
a) seorang pemain memasuki wilayah gawang
setelah memainkan bola, sepanjang tidak menciptakan kerugian bagi tim lawan
b) seorang pemain dari sebuah tim memasuki
wilayah gawang tanpa menguasi bola, dan
hal tersebut tidak mendapatkan keuntungan apapaun.
6.4
Bola
dianggap ‘out of play’ ketika seorang kiper menguasai bola dengan
tangannya didalam wilayah gawang ( 12.1
). Bola harus dikembalikan kepemain melalui lemparan kiper untuk dimainkan
kembali. ( 12;2 ).
6.5
Jika
ada bola yang bergulir dilapangan didalam wilayah gawang. Bola ini menjadi
penguasaan dari penjaga gawang tim dan hanya penjaga gawang yang boleh
menyentuhnya. Penjaga gawang melakukan lemparan kiper, sesuai petunjuk
pada 6:4 dan 12:2 ( lihat, caranya, 6:7b
). Sebelum bola diambil oleh penjaga gawang bola dianggap masih dlaam keadaan
‘in play’ tetapi tidak boleh ada pemain yang menyentuhnya, jika ada pemain lain
(dari tim yang sama dengan penjaga gawang) selain penjaga gawang yang menyentuh
bola maka akan dikenakan lemparan bebas (13:1a), dan pertandingan akan dimulai
kembali ketika bola dilempar penjaga gawang ( 12:1) dan jika bola tersebut
disentuh oleh pemain tim lawan. Pemain menyentuh bola ketika bola berada
diudara diatas wilayah gawang.
Sabtu, Mei 19, 2012
coaching clinic Handball
BAGI SEKOLAH YANG INGIN COACHING CLINIC HANDBALL BISA MENDAFTAR DI :JAKARTA HANDBALL CLUB",ATAU BISA MENGHUBUNGI 085811140655(BAYU) OR 08561682733 (RINDY)
Jumat, Mei 18, 2012
Rules Beach Handball
Rules Beach Handball
1. Playing Court
Beach Handball is played on a
court that is 15 meters long an 12 meters wide.
On both of the short sides of the
rectangle is the 6 meter goal area enclosed.
At the end of the goal area a
handball goal (3 x 2 meters) is placed in the center of the goal line.
The longer boundary lines of the court are
called side lines, the shorter ones are called goal area lines.
The substitution area for the court players
are the side lines.
The goalkeeper must enter the court over the
side line of his own goal area and leave the court over the substitution area
of his team.
2. Teams
A Beach Handball team consists of 8 players.
The goalkeepers/specialists have to be marked with a shirt in different colour.
A maximum of 4 players per team (3 court
players and 1 goalkeeper) is allowed to be on the court.
Only the goalkeeper is allowed to enter the
goal area. The remaining players are substitutes who remain kneeling in their
own substitution area.
3. Balls
All players are barefoot and play with a
round, non-slippery rubber ball (men’s ball: 54 - 56 cm circumference and 350 -
370 g weight; women’s ball: 50 - 52 cm circumference and 280 - 300 g weight).
It is allowed to dive for the ball, bounce
the ball, throw, catch, stop, push and hit the ball.
The goalkeeper is allowed to touch the ball
with any part of his body for defense in the goal area.
The goalkeeper is allowed to enter the court
from the goal area without the ball.
Two points are awarded when a goal is scored
by the goalkeeper.
After a goal the game continues with
goalkeeper throw.
5. Playing the Ball
It is permitted to throw, catch, stop, push
or hit the ball by using hands, arms, head, thighs, torso and knees as well as
diving for the ball when it is lying or rolling on the ground.
A goal is scored when the entire ball has
crossed the entire width of the goal line.
6. Playing Time
The game consists of two halves, which are
scored separately. Each half lasts 10 minutes, the half-time break lasts 5
minutes.
If the score is even at the end of one half,
the „golden goal” is used (restart with referee throw).
The winner of each half is awarded one point.
Each half begins with the referee throw.
7. Scoring
If both halves are won by the same team, this
team is overall winner with the score 2:0.
If each team wins a half, the „Shoot Out“
(one against the goalkeeper) will be used.
The winner of the Shoot Out wins the game
with the result 2:1.
8. Punishments
A suspension must be given for wrong
substitution, repeated fouls, unsportsmanlike conduct and progressively
punished fouls.
The suspended player can be replaced as soon
as there has been a change of possession between the two teams (turnover).
The second suspension of a player results in
a disqualification (red card). Fouls which endanger the opponents health, fouls
of the goalkeeper during „Shoot Out“ also result in a disqualification.
Furthermore, the rules of the IHF are to
apply, with some changes in the scoring system:
Two
points are awarded for creative or spectacular goals (especially inflight
and spin shots), for goals scored by the goalkeeper an for goals scored by a
6-m throw.
9. Philosophy
Because of the fast change of ball
possession, a fixed-position defense is practically never, a fact which results
in an almost bodiless game.
Fun and spectacular scenes, like diving for
the ball in the sand or the attempt to score „in flight“ are more valuable than
winning at all costs.
Caused by the permanent 4:3 – situation,
goals can be scored relatively simple in a technical-tactical approach in the
Beach Handball.
After a goal, the game is directly restarted
without starting signal from the goal area.
This is the reason why the game is played at
very high speed and with many spectacular actions.
The Philosophy of Beach Handball is based on
the principles of
FAIR PLAY
Also high score differences can become
equalized by the special scoring (in flight, pirouettes and goalkeepers goal)
and by the fact that each half counts separately.
10. Shoot Out
Besides the “inflights”, the spin shots and
the character of the fast counterattack make out the attractiveness as well as
the „Shoot Out“ when a draw is observed after the two sets.
Five players of every team throw in turns at
the opposing goal after a pass of their own goalkeeper from the own goal area,
under consideration of the three step rule.
Langganan:
Postingan (Atom)